Qolamul Hasna
“Ibu kita
kartini, putri sejati, putri Indonesia, harum namanya…”
Pernahkah kalian mendengar lirik lagu itu? Ya, itu adalah lagu berjudul Ibu
Kartini yang diciptakan sebagai penghargaan pada R.A.Kartini atas jasanya dalam
memperjuangkan emansipasi wanita. Beberapa
hari lalu kita memperingati Hari Kartini tersebut
dengan berbagai bentuk peringatann yang bermacam-macam. Mulai dari
perlombaan, karnaval, hingga pemakaian baju adat pada peringatan Hari Kartini
yang jatuh pada tanggal 21 April kemarin. Akan tetapi, ada satu hal yang
berbeda selama peringatan Hari Kartini tahun ini. Hal tersebut tak lain karena
kemunculan rancangan undang-undang kesetaraan dan keadilan gender atau yang lebih sering disebut RUU
KKG.
Salah satu hal yang menjadi kontroversi atas kemunculan RUU
KKG adalah ketidaksinkronan maksud dan tujuan RUU KKG dengan hokum dalam islam.
Pada RUU KKG, kesetaraan dan keadilan gender diartikan sebagai persamaan hak
dan kewajiban antara kaum laki-laki dan perempuan. Dalam RUU KKG ini tidak ada
sama sekali unsure-unsur pertimbangan agama, jusru jiwa-jiwa feminisme yang kuat
mendominasi pasal-pasal dalam RUU KKG ini, antara lain adanya marjinalisasi
nilai-nilai filosofi agama sebagai dasar yang menjiwai undang-undang dan
menghapus otoritas agama dalam kehidupan pribadi dan social.
Ada sebuah wacana bahwa kemunculan RUU KKG didasarkan pada
buku ciptaan R.A Kartini yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. Gerakan
emansipasi yang diperjuangkan oleh R.A. Kartini diartikan sebagai sebuah
keinginan para kaum perempuan untuk dapat memiliki hak dan kewajiban serta
kedudukan yang sama dengan kaum laki-laki di masyarakat.
Kenyataannya, jika kita melihat kembali sejarah kehidupan
Kartini dan asal-usul munculnya buku Habis
Gelap Terbitlah Terang, arti emansipasi wanita yang dimaksud Kartini
bukanlah seperti yang ditulis pada RUU KKG. Selain itu, sumber lain menyatakan
bahwa R.A Kartini tidak pernah sama sekali memperjuangkan emansipasi wanita.
Ada sebuah penipuan sejarah yang dilakukan dengan maksud dan tujuan tertentu
mengenai hal ini dan maksud serta tujuan tertentu itu tampaknya sekarang mulai
terkuak dengan kemunculan RUU KKG yang sedang hangat dibicarakan dan tak lain mengandung maksud untuk menanamkan jiwa-jiwa feminism pada
kaum perempuan Indonesia.
Dalam islam, sosok perempuan mempunyai tempat yang istimewa. Kodrat
perempuan sebagai seorang istri dan ibu yang baik untuk anak-anaknya secara
jelas telah diajarkan dalam agama islam. Sebuah kalimat bijak mengatakan :
“Seorang perempuan adalah madrasah pertama untuk anaknya”
Ungkapan tersebut dengan jelas mengatakan bahwa sosok perempuan adalah
sosok penting dalam sebuah keluarga. Akan tetapi, jika RUU KKG ini benar-benar
disetujui,maka dapat disimpulkan akan ada penyimpangan terhadap kodrat kaum
perempuan dalam kehidupan rumah tangganya. Jika hal itu dibiarkan,
dikhawatirkan ungkapan keluarga sakinah,
mawaddah, warohmah akan menyimpang dan bahkan mengalami pengikisan oleh
jiwa-jiwa feminism dalam RUU KKG.
Bicara kembali mengenai kartini, dalam sebuah sumber yang dapat
dipercaya, terdapat sebuah kutipan yang menyatakan tentang asal mula
kalimat Habis Gelap Terbitlah Terang
ini sebagai
berikut :
"Salah satu hal yang memberikan kesan mendalam pada
beliau (R.A Kartini)
adalah ketika membaca tafsir Surat Al Baqarah. Dari situlah tercetus kata-kata
beliau dalam bahasa Belanda, Door Duisternis Tot Licht. Ungkapan itu
sebenarnya terjemahan bahasa Belanda dari petikan firman Allah Subhanahu wa
Ta`ala yaitu Minadz Dzulumaati Ilan Nuur yang terdapat dalam Surat Al
Baqarah ayat 257. Oleh Armijn Pane, ungkapan itu diterjemahkan dalam bahasa Melayu
atau Indonesia sebagai Habis Gelap Terbitlah Terang. Padahal jika
berangkat dari petikan firman Allah Subhanahu wa Ta`ala tersebut lebih tepat
dimaknai sebagai Dari Kegelapan Menuju Cahaya, yang dapat ditafsirkan
sebagai ”dari pemikiran yang tak terarah menuju pemikiran yang dilandasi
hidayah Iman dan Islam”
Berdasarkan kutipan
tersebut kita mengetahui bahwasanya Kartini adalah seorang muslimah sejati.
Bahkan menurut beberapa sumber, sosok R.A Kartini yang sebenarnya adalah
seorang perempuan berjilbab, namun, sejarah telah melakukan penipuan besar
dengan cara mengedarkan foto-foto Kartini tak berjilbab. Ketika kita mencoba
mencari kebenaran melalui media komunikasi secanggih sekarang pun, kebenaran
sejarah tentang kehidupan R.A Kartini masih sulit untuk ditemukan.
Saat ini, sejarah mengenai
R.A Kartini ibarat masih terkurung dalam labirin gelap, namun sedikit demi
sedikit setitik cahaya terang tampak di depan mata. Meskipun kebenaran belum
seutuhnya terungkap, namun setitik cahaya terang tentang kehidupan R.A Kartini
sebagai seorang muslimah sejati pantas dan harus kita tiru. Maka, sudah
selayaknya, dalam peringatan Hari Kartini menjadi momen penting bagi kehidupan
kita, khususnya kaum perempuan yang harus selalu teguh dalam menjaga dan
memperjuangkan ajaran-ajaran islam. Ungkapan Habis Gelap Terbitlah Terang sepantasnya kita artikan sebagai
sebuah doa bahwa suatu saat nanti segala kebohongan yang terjadi akan terungkap
dan gelap akan menjadi terang.
Sebagai seorang kaum
intelektual, kita tidak boleh lengah dan harus senantiasa waspada terhadap
pemberitaan media. Kebohongan-kebohongan telah secara nyata ada di depan mata
kita. Kajian mengenai sejarah bukan hanya dapat dilakukan satu atau dua hari
saja dengan hanya menggunakan satu atau dua sumber. Kejelian dan ketelitian
kita dalam memandang dan menemukan kebenaran dalam sejarah harus benar-benar
diperhatikan untuk menghindari kesalahpahaman yang akan berdampak pada
kehidupan kita di masa depan. Mengambil pelajaran dari sejarah yang baik dan
membuang jauh-jauh kesesatan dan kebohongan menjadi salah satu hal yang harus
senantiasa kita pegang teguh. Perjuangan R.A Kartini untuk menemukan cahaya
terang islam harus kita lanjutkan. Ketegaran dan keteguhan seorang muslimah
sejati dalam jiwa Kartini harus kita refleksikan dalam kehidupan.
Wallahu’alam. Tak ada
dari kita yang tahu kebenaran sebenarnya. Akan tetapi, bukan berarti kita
tinggal diam dengan apa yang terjadi di depan mata. Jejak-jejak sejarah dapat
dimanipulasi,
cerita palsu dapat dengan mudah dibuat, konspirasi pun leluasa disebarkan,
namun, kebenaran selalu dapat menemukan jalannya. Yakin dan percayalah bahwa bendera
kebenaran islam suatu saat nanti akan berkibar layaknya jilbab Sang Kartini.
Kebenaran akan menang dan gelap akan menjadi terang.***
Terima kasih penjelasannya tentang Jilbab Kartini yang cukup lengkap ini. Salam kenal...
BalasHapushabis gelap terbitlah terang,..
BalasHapusnice share kak,..
produsen mukena katun jepang