Coba Cari Disini

Menyinari Hati dengan Dzikir

Jumat, 09 Maret 2012




“Tidaklah kalian ketahui bahwa hati hamba-hamba Allah yang beriman itu dibahagiakan oleh Allah dengan banyak berzikir kepada-Nya” (QS Al-Hadid (57) : 16)



Zikir dalam pengertian yang luas adalah kesadaran tentang kehadiran Allah dimana dan kapan saja, serta kesadaran akan kebersamaan-Nya dengan makhluk, kebersamaan dalam arti pengetahuan-Nya terhadap apapun dialam raya ini serta bantuan dan pembelaan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya yang taat. Zikir dalam peringkat inilah yang menjadi pendorong utama melaksanakan tuntunan-Nya dan menjauhi larangan-Nya, bahkan hidup bersama-Nya.

Dengan berzikir berarti kita berusaha menggapai rahmat Allah. Dengan banyak berzikir kepada-Nya, maka sesuai janji Allah, Dia akan menyelamatkan mereka dari semua bentuk kedzaliman, kegelapan dan kemaksiatan. Dalam hadist Abu Hurairah dan Abu Said Al-Khudri dijelaskan bahwa Rasulullah pernah bersabda:



“Tidaklah duduk suatu kaum yang berzikir menyebut nama Allah dan dinaungi para malaikat, dipenuhi mereka oleh rahmat Allah dan diberi ketenangan, karena Allah menyebut-nyebut nama mereka di hadapan malaikat yang ada di sisinya.” (HR Muslim, At-Turmudzi dan Ibnu Majah).

Banyak cara berzikir yang telah dituntunkan oleh Rasulullah kepada hamba-hamba-Nya. Sebagai contoh berzikir secara be-rulang-ulang dengan mengagungkan asma Allah yang lazim pula disebut wirid. Ada juga zikir dengan cara mengeraskan suara seperti adzan, takbiran dan talbiyah. Bisa juga berzikir dalam hati atau sirri. Dapat juga melalui tafakkur diam dengan berusaha memahami penciptaan alam ini dan ada pula berzikir itu setiap saat, baik sewaktu berjalan, duduk, berdiri, sambil bekerja, bahkan ketika berbaring sekalipun. Karena berzikir adalah penterapian pikiran dan mental agar selalu ingat setiap saat kepada Allah , maka kapan saja dan di mana saja berzikir itu tidak ada halangan atau larangan. Karena dengan demikian akan membangkitkan kesadaran berketuhanan yang tinggi untuk membersihkan jiwa dari kekotoran pikiran. Kita tidak boleh ragu-ragu zikir kita tidak didengar Allah. Kita harus yakinkan diri melalui qolbu kita bahwa Allah itu dekat, bahkan lebih dekat dari urat leher kita. Memang untuk berzikir yang baik itu bukan gampang, tapi tidak pula terlalu sulit. Yang penting harus dilaksanakan. 


Disamping itu, dzikir berkaitan erat dengan ketentraman jiwa dan dapat dianalisis secara ilmiah. Dzikir secara lughawi artinya ingat atau menyebut. Jika diartikan menyebut maka peranan lisan lebih dominan, tetapi jika diartikan ingat, maka kegiatan berpikir dan merasa (kegiatan psikologis) yang lebih dominan. Dari segi ini maka ada dua alur pikir yang dapat diikuti:

Manusia memiliki potensi intelektual. 
Potensi itu cenderung aktif bekerja mencari jawab atas semua hal yang belum diketahuinya. Salah satu hal yang merangsang berpikir adalah adanya hukum kausalitas di muka bumi ini. Jika seseorang melahirkan suatu penemuan baru, bahwa A disebabkan B, maka berikutnya manusia tertantang untuk mencari apa yang menyebabkan B. Begitulah seterusnya sehingga setiap kebenaran yang di temukan oleh potensi intelektual manusia akan diikuti oleh penyelidikan berikutnya sampai menemukan kebenaran baru yang mengoreksi kebenaran yang lama, dan selanjutnya kebenaran yang lebih baru akan ditemukan mengoreksi kebenaran yang lebih lama.


Sebagai makhluk berfikir manusia tidak pernah merasa puas terhadap 'kebenaran ilmiah' sampai ia menemukan kebenaran perenial melalui jalan supra rasionalnya. Jika orang telah sampai kepada kebenaran ilahiah atau terpandunya pikir dan dzikir, maka ia tidak lagi tergoda untuk mencari kebenaran yang lain, dan ketika jiwa itu menjadi tenang, tidak gelisah dan tidak ada konflik batin.

Selama manusia masih memikirkan ciptaan Allah SWT dengan segala hukum-hukumnya, maka hati tidak mungkin tenteram dalam arti tenteram yang sebenarnya, tetapi jika ia telah sampai kepada memikirkan Sang Pencipta dengan segala keagungannya, maka manusia tidak sempat lagi memikirkan yang lain, dan ketika itulah puncak ketenangan dan puncak kebahagiaan tercapai, dan ketika itulah tingkatan jiwa orang tersebut telah mencapai al- nafs al-muthma'innah.

Manusia memiliki kebutuhan dan keinginan yang tidak terbatas
Oleh karena itu selama manusia masih memburu yang terbatas, maka tidak mungkin ia memperoleh ketentraman, karena yang terbatas (duniawi) tidak dapat memuaskan yang tidak terbatas (nafsu dan keinginan). Akan tetapi, jika yang dikejar manusia itu Allah SWT yang tidak terbatas kesempurnaan-Nya, maka dahaganya dapat terpuaskan. Jadi jika orang telah dapat selalu ingat (dzikir) kepada Allah maka jiwanya akan tenteram, karena 'dunia' manusia yang terbatas telah terpuaskan oleh rahmat Allah yang tidak terbatas.


Hanya manusia pada tingkat inilah yang layak menerima panggilan-Nya untuk kembali kepada-Nya dan untuk mencapai tingkat tersebut menurut al-Rozi hanya dimungkinkan bagi orang yang kuat potensinya dalam berpikir ketuhanan atau kuat dalam 'uzlah dan kontemplasi (tafakkur)-nya.


Jadi, kata tathma’innu/ menjadi tenteram adalah penjelasan tenang kata beriman. Iman tentu saja bukan sekedar pengetahuan tentang objek iman, karena pengetahuan tentang sesuatu belum dapat mengantar kepada keyakinan dan ketenteraman hati. Dan al-nafs al-muthma'innah adalah nafs yang takut kepada Allah, yakin akan berjumpa dengan-Nya, ridlo terhadap qodlo-Nya, puas terhadap pemberian-Nya, perasaannya tenteram, tidak takut dan sedih karena percaya kepada-Nya, dan emosinya stabil serta kokoh.

KESIMPULAN 


Faedah-faedah Dzikir yaitu:

  Meundukkan setan dan menghidupkan hati  Dzikir menyebabkan Allah ingat kepada ahlinya dan tidak melupakannya. 
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (Aku limpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu) , dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (2:152) 
  Dzikir membershkan hati dari Dosa  Dzikir merupakan sarana untuk menurunkan rahmat dari Allah.  Dzikir Menjadikan Hati Yang Keras Berubah Lunak

Yang menjadi suatu hal penting dalam menerapkan dzikir sebagai sarana membersihkan jiwa yakni bagaimana kita menata adab-adab kita. Adab-adab dalam berdzikir antara lain, semata-mata niat mengabdikan diri kepada Alloh serta menyadari dan merasa bahwa segala sesuatu gerak-geriknya adalah Alloh yang menciptakn dan menitahkan. ( yakni mengetrapkan “Laahaulaa walaa quwwata illaa Billah”). Hatinya hudlur berkonsentrasi kepada Allah. Sabda Nabi : “ Penerapan ihsan yaitu engkau beribadah kepada Alloh seakn-akn melihat-Nya, maka apabila belum bisa, sadarilah sesungguhnya Alloh melihat kamu ( H.R Bukhori dan Muslim dari Abi Hurairoh ). Istihdlor, yakni merasa berada dihadapan Rosuululloh. Tadzallul dan Tadhollum, yakni merasa rendah diri akibat perbuatan dosanya dan merasa berlumuran dosa dan banyak berbuat dholim. Iftiqor, merasa butuh sekali, butuh terhada maghfiroh, perlindungan, dan taufiq-hidayah Alloh, butuh syafa'at Rosululloh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Kajian Muslimah

Kajian Muslimah
Klik Gambar Untuk Informasi

KMMP Weekly Posting

KMMP Weekly Posting
Klik Gambar Untuk Informasi

Perpustakaan KMMP

Perpustakaan KMMP
Klik Gambar Untuk Informasi

Kirim Tulisanmu

Kirim Tulisanmu
Klik Gambar Untuk Informasi

Perlukah adanya Mesjid di Fakultas Pertanian UGM

Most Reading